Jumat, 12 November 2010
Remaja yang kehilangan eksistensai
Maraknya acara-acara yang menggali “ potensi” para remaja muslim saat ini, dengan dalih penerusan minat dan bakat, justru mengokohkan jika remaja-remaja kita -sebagian besar- betul-betul kehilangan eksistensi. Akademi fantasi indosiar (AFI), Indonesian Idol, konteks dangdut TPI (KDI), seperangkat acara yang justru memperjelas kalau generasi kita hanya mampu mennghasilkan generasi pemimpi lagi peniru. Generasi yang tak mampu berdiri diatas kaki sendiri dan berseru, inilah kami….! di tengah gelombang kehidupan yang begitu dasyat mereka terombang dan tak tahu lagi kepada siapa mencari teladan. Meereka berjalan di muka bumi dengan jiwa hampa tak berisi.
Itu karena mereka jauh dari din-nya. Agama (Islam)- dalam pandangan mereka-tak lebih dari sebuah tema dan sinetron yang ditayangkankan di bulan Ramadhan, atau seorang kiai, lengkap dengan jubah dan sorbannya yang bertarung melawan para siluman jahat dalam sinetron laga, atau yang mampu menundukan hantu, atau menjadi guyonan yang dimainkan dalam acara lawak, dengan satu alasan; hiburan. Inna lillahi wa inna ilahi raji’un. Menurut mereka disanalah peran agama. Mempelajari agama adalah suatu yang “aib” bagi mereka, bahkan terkadang menjadi bahan tertawaan orang yang ingin kembali kepada agamanya secara kaaffah (total).
Mereka menganggap bahwa keislaman mereka cukup dengan shalt, sekalipun bolong-bolong. Mereka memahami bahwa “menghidupkan” Ramadhan dengan kaitan yang “Islam” sudah cukup untuk mereka disebut muslim –muslimah. Mereka menngira denngan menyantuni orang-orang kecil sudahmenunjukan kalau mereka muslim lahir batin. Mereka lupa (atau tidak tahu) jika keislaman mereka mengalami ancaman eliminasi. Hal yang mungkin tak tersadari atau memang takterpikirkan samasekali
Agama (maksudnya Islam) dalam pandangan pemuda kini bukanlagi bagian yang perlu disakralkan. Hidup mereka tak lagi diwarnai dengan corak agama. Posisi agama telahtergeserkan oleh nilai-nilai modernitas, yang dianggap lebih bersih, lebih suci dan lebih mendatangkan kebahagiaan.
Inilah “agama” baru mereka. Agama yang mengajarkan pola hidup konsumtif, hedonis, dengan barat sebagai kiblatnya.
Mereka tidaklagi bangga dengan Al-Quraan, bahkan membawa pun, menggenggam di tangan sambil berjalan di keramaian, ada perasaan malu yang kladang muncul. Mereka lebih bangga dan percaya diri jikayang ditenteng buku-buku komik atau majalah-majalah remaja yang mengubar birahi .
Tentang idola, tak diragukan lagi, pasti selebritis. Mereka betul-betul mengaguminya. Bahkan rela antri membeli tiket masuk hanya untuk bertemu dengannya. Sungguh menyedihkan, karena di antara mereka justru harus kehilangan nyawa satu-satunya disaat menyaksikan show sang idola di atas panggung. Sungguh tragis dan memilukan.
Ali El – Makassary (yang muda yang takut dosa)
Posting Gfari Akmal.
.com email. KAMMI_STIKES@yahoo.co.id facebook. Kammi stikes
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar