Jumat, 05 November 2010

MUHASABAH


Diriwayatkan dari ibnu Mubarak bahwa ada seorang laki-laki bernama Khalid bin Ma’dan bertkata kepada Mu’adz “tolong ceritakan sebuah hadis yang kau dengar dari Rasulullah SAW. Yang kamu hafal dan selalu kamu ingat lantaran begitu bagus dan detailnya isi hadist ter sebut.” Mu’adz menjawab” “Baiklah !” kemudian lama sekali Mu’adz menangis lalu dia mengucapkan kata rindu kepasda Rasulullah SAW. Dan sangat ingin bertemu dengan beliau, lalu berkata:
“Pada suatu hari aku berada disisi Rasulullah. Tiba-tiba Beliau lalu menaiki seekor unta dan memboncengkan aku di belaklang Beliau. Kami pun berjalan beberapa waktu, kemudian beliau mengadahkan pandangan keatas seraya berkata/berucap: “Segala puji bagi Allah Dzat yang mengatur dan menentukan apa saja yang ia kehendaki untuk para mahluk-Nya. “sesudah itu Beliau menyapaku, “wahai Mu’adz…..”aku menjawab: ‘labaik, ya Rasulullah. Beliau lalu bersabda: “Aku akan menuturkan sebuah penuturan yang jika kamu selalu mengingatnya, maka ia kakan bermanfaat bagimu. Dan jika kamu menyia-nyiakannya, maka kamu tidak akan memiliki hudjah dihadapan Allah Azawazalah.
Hai Mu’adz! Sesungguhnya Allah Tabaaroka Wata’aala telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Setiap langit memiliki malaikat penjaga pintu yang selalu berjaga-jaga. Dia juga menciptakan malaikat yang menjaga semua pintu langit sesuai dengan ukuran dan besarnya pintu.
Suatu saat malaikat Hafazhah (pencatat amal) naik sambil membawa amal seorang hamba. Amal tersebut memiliki cahaya bagai cahaya matahari. Malaikat hafazhah membawa amala tersebut naik ke langit dunia dan menganggap amal itu sudah banyak serta brsih. Setelah sampai di pintu langit pertama, seorang Malaikat penjaganya berkata kepadanya “pukulkan amal itu kepada pemiliknya, aku adalah malaikat yang brtugas mengawasi gunjingan. Rabku memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal seorang pengunjing lolos begitu saja melewatiku.

Keesokan pagi harinya Malaikat Hafazhah membawa amal baik yang bercahaya dan mereka anggap telah banyak lagi bersih. Sesampainya di pintu langit kedua, seorang Malaikat penjaganya berkata: ‘stop’! pukulkan amal ini kemuka pemiliknya, karena dengan amal ini dia mengharapkan harta dunia, Rabku telah memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang tersebut lolos begitu saja melewatiku, para Malaikatpun lalu pada mengutuk pelaku amal tersebut sampai sore hari.
Selanjutnya Malaikat Hafazhah membawa amal tersebut dengan giranng karena didalmnya ada sedekah, puasa, dan banyak sekali kebaikan Malaikat Hafazhah menganggab amal itu sudah banyak dan bersih setelah sampai dipintu langit ketiga, Malaikat penjaga pintu berklata’ stop” pukul apal itu kemuka pemiliknya. Aku adalah Malaikat yang didaulat mengawasi kwesombongan. Rabku memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang tersebut lolos begitu saja melewatiku, sesungguhnya pemilik amal tersebut suka berlaku sombong di hadapan orang pada setiap majelis-majelis mereka.
Selanjutnya Malaikat Hafazhah membawa amal hamba tersebut yang bercahaya bagikan bintang yang bersinar amat terang. Amal tersebut bergemuruh dan membaca taasbih. Amal itu berisi puasa, shalat, haji dan umrah. Setelah sampai di pintu langit keempat, Malaikat penjaga pintu berkata; “stop’ pukulkan amal itu kemuka pemilliknya. Aku adalah Malaikat yang mengawasi ujub. Rabku memerintahkan kepadaku agar aku tidak membiarkan amal orang tersebut lolos begitu saja melewatiku, sesungguhnya saat beramal, pelakunya juga memasukan perasaan ujub (bangga terhadap diri sendiri) kedalam dirinya.
Kemudian Malaikat Hafazhah membawa amal hamba tersebut dengan cepat seperti pengantin perempuan yang dibawah kerumah suaminya. Sesampainya dipintu langit kelima dengan membawa amal baik berupa jihad, haji, dan umrah yang bersinar seperti matahari , seorang Malaikat penjaganya mengatakan; aku adalah pengawas sifat hasud. Sesungguhnya ia selalu hasud (iri) dengan nikmat yang Allah berikan pada orang lain dari karunia-Nya. Dia benar-benar tidak menyukai apa yang diridhoi oleh Allah. Rabkku memerintahkan akku agar tidak membiarkan amal orang tersebut lolos begitusaja melewatiku.
Selanjutnya, Malaikat Hafazhah naik membawa amal hamba tersebut berupa wudu yang sempurna, shalat yang banyak jumlahnya, puasa, haji, dan umrah. Setelah mereka berhasil mambawa amal baik tersebut sampai ke langit keenam, seorang Malaikat penjaga pintunya mengatakan;’aku adalah pengawas kasih saying, pukulkan amal ini kemuka pemiliknya, karena ia sama sekali tidak puny kasih saying kepada seorang pun jika ada seorang terkena musibah, dia malah merasa gembira karenanya. Oleh karena itu, Rabku memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang tersebut lolos begitu saja melewatiku .
Kemudian Malaikat Hafzhah membawa amal hamba tersebut berupa nafkah yang banyak jumlahnya, puasa, shalat, jihad, dan wara’. Amal tersebut menggelegar bagaikan suara petir dan bersinar seperti kilat ssesampainya di pintu langit ketujuh, seorang Malaikat penjaga pintu berkata;’aku adalah penjaga sifat sum’ah (sifat ingin dipuji dan terkenal di tengah masyarakat). Orang yang memiliki amal ini ingin terkenal di tempat-tempat pertemuan menonjol dihadapan para sahabatnya. Dan ingin mulia di hadapan para pembesar. Rabkku memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang tersebut lolos begitu saja melewatiku. Setiap amal yang tidak tulus karena Allah adalah ria, sementara Dia tidak akan menerima amal orang yang berbuat riya.
Kemudian Malaikat Hafazhah naik membawa amal hamba tersebut yang berupa shalat, zakat, puasa, haji, umrah, pekerti yang mulia, diam (dari berkata yang tidak baik atau tidak perlu) dan zikir (kepada Allah) amal tersebut diantarkan oleh Malaikat penjaga tujuh langit sehingga melintasi semua dinding pintu dan berhenti di hadapan Rabb Ajawajalah mereka memberikan kesaksian bahwa amal tersebut baik dan diiklaskan karena Allah.
Namun Allah berfirman “kamu semua pencatat amal hambaku! Sedangkan Aku adalah Dzat yang selalu mengawasi isi hatinya. Sesungguhnya ia tidak menginginkan keridhen-Ku dengan amal ini, melainkan mennginginkan keridhan dari selain-Ku. Dia tidak iklas karena Aku dan Aku mengetahui apa yang dia inginkan dengan amalnya. Dia berhak mendapat laknat-Ku. Dia bias menipu keturunan Adam dan menipu kalian semua, tapi tidak bias menipu-Ku, Aku Maha tahu terhadap hal yang gaib dan mengetahui segala isi hati. Bagi-Ku tidak ada hal yang samar dan tidak ada hal yang tersembunyi. Pengetahuan-Ku terhadap hal yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap hal yang akan terjadi. Ilmu-Ku terhadap hal yang telah berlalu sama dengan ilmu-Ku terhadap hal yang akan datang. Ilmu-Ku terhadap orang-orang terdahulu sama dengan ilmu-Ku terhadap orang-orang yang hidup dikemudian hari. Aku mengetahui segala rahasia dan hal-hal yang tidak terlihat. Bagaimana mungkin seorang hamba bias menipu-Ku dengan amalnya?ia hanya bias menipu mahluk-Ku yang tidak tahu (hal yang tersembunyi) sedangkan Aku mengetahui hal-hal gaib. Dia berhak menerima laknat-Ku.
Mu’adz pun menangis terseduh-seduh, lalu berkata “ya Rasulullah, bagaimana caranya agar bias selamat dari apa yang Engkau sabdakan tadi? Rasulullah menjawab. “hai mu’adz, ikutilah keyakinan Nabimu,” Aku (Muadz) berkata’ Engkau adalah utusan Allah, sedangkan aku adalah Mu’adz bin Jabal(manusia biasa bukan utusan Allah) bagaimana aku bias selamat? ‘Rasulullah berkata.”benar kamu Mu’adz! Jika ada kekurangan pda amalmu, maka jauhkanlah lisan dari membicarakan aib orang lain, lebih-lebih dari para penghafal Al-Qur’an.. pengenalan terhadap aibmu sendiri hendaknya menghalangiomu untuk mengorek aib orang lain. Jangan membersihkan dirimu dengan mencela saudaramu, jangan mengangkat derajatmu dengan merendahkan saudara-saudaramu. Jangan berlaku riya dengan amalmu agar kamu dikenal banyak orang. Jangan tenggelam kedalam urusan dunia yang bias membuatmu lupa terhadap urusan akhirat. Jangan bicara berdua seoranng jika disampingmu ada orang ketiga. Jangan berlaku sombong di hadapan banyak orang , sehingga kebaikan dunia dan akhiratmu terputus. Jangan berkata buruk dalam majelis, sehingga orang-orang meninggalkanmu karena pekertimu yang buruk, jangan mengungkit-ngungkit pemberianmu kepada orang lain, dan jangan mencabik-cabik mereka dengan lidahmu, sehingga kelak kamu akan dicabik-cabik anjing-anjing jahanam. Inilah yang dimaksut dalam firman Allah swt. (QS. An-Naazi’aat (79):2) {“demi anjing yang mencabik-cabik dengan cabikan yang sebenarnya). Maksud firman Allah ini adalah bahwa anjing-anjing itu mencabik-cabik daging dari tulangnya.”
Aku (Mua’dz) berkata.”ya Rasulullah, siapa yang mampu melakukan semua ini?” Rasulullah menjawab” hai Mu’adz, semua yang ku katakana kepadamu teramat mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah untuk melakukannya. Sesungguhnya resep untuk dapat melakukan itu semua kamu cukup mencintai orang lain seperti mencintai dirimu sendiri dan membenci sesuatu yang menimpa mereka seperti halnya jika hal tersebut menimpa dirimu. Dengan demikian kamu akan selamat (Al Hadist)

DIPOSTING:GAFARI AKMAL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mau Gabung Jadi Anggota KAMMI Komisariat STIKES NH-M? Hubungi Email komsat/Kaderisasi..!

Pengikut